Rabu, 25 Maret 2009

Kisah Sang Pemburu Senyuman

Berapa banyak dari Anda yang tiba tiba hatinya ber bunga bunga dan hidungnya kembang kempis, hanya karena seseorang – apalagi bila orang itu cantik atau ganteng – tersenyum ke arah Anda. Tidak, Anda tidak sedang ge-er. Ini normal kok. Tapi yang tidak normal adalah bahwa senyum gratis dan tanpa pretensi itu sekarang sudah jadi barang langka. Apalagi di Jakarta ini. Inilah salah satu perburuan saya yang belum berakhir. Mencari senyum yang hilang dari wajah para penduduk Jakarta…

Bangsa kita konon terkenal ke seluruh dunia karena senyum yang hangat. Bahkan salah satu iklan yang saya lihat di salah satu majalah ngetop di Amerika Utara menjual senyum Indonesia, kira kira bunyinya begini: “Going Alaska? Experience the warm smile of Indonesian with Holland Cruise Ship”. Hah? Ngapain juga menikmati senyum hangat Indonesia di Alaska? Walaupun iklan ini rada enggak nyambung, tapi bangga juga dong sebagai bangsa..

Dahsyatnya senyuman!

Banyak para Jakartans –termasuk saya, mungkin- sudah berubah menjadi zombie. Manusia tanpa senyum. Mungkin karena menjamurnya kejahatan. Mungkin asap knalpot dan macetnya jalan yang menyebabkan. Mungkin juga perlombaan terlalu berat untuk mengejar hidup, dan kebahagiaan. Padahal apa nikmatnya hidup ini tanpa senyum? Padahal asesoris wajah yang paling hebat dan paling murah ya itu, SENYUM! Padahal tak bisa di pungkiri, biarpun tanpa hasil riset, sudah terbukti bahwa senyum bisa mencairkan hati sekeras batu. Padahal berdasarkan riset, orang yang suka tersenyum, lebih bahagia dan punya kesempatan lebih besar untuk sukses dalam hidupnya. Tapi kenapa banyak orang masih sayang untuk membaginya?

Senyum itu kan reaksi normal dari stimuli tertentu, sama halnya dengan bahasa non verbal lainnya. Dan coba deh perhatikan, mana ada satu kultur di manapun di dunia yang punya bahasa tubuh berbeda untuk mengungkapkan makna senyum. Senyum punya bahasa universal! Membuka mulut, menarik bibir kearah bawah, memperlihatkan gigi, tak peduli jika ompong atau berjigong… Senyum secara teknis adalah ungkapan ekspresi wajah yang di bentuk melalui pelekukan otot dekat kedua garis sisi mulut kita atau keduanya garis mulut dan otot dekat kelopak luar mata..


Senyum Tulus

Menurut pakar syaraf Perancis jaman baheula, Duchenne, senyum yang melibatkan otot wajah dekat bibir, dan otot wajah dekat mata, lah yang bisa di sebut sebagai senyum asli dan tulus. Jadi kalau ingin tahu apakah senyum itu tulus atau tidak, lihatlah kontraksi otot di sisi luar mata, ada atau tidak? Tapi hati hati, jangan sampai Anda mengirim sinyal yang keliru waktu memelototi wajah di depan Anda.


Senyum, terutama yang tulus punya potensi tular yang sangat besar. Ketika melihat seseorang tersenyum, akan membuat kita merasa senang luar biasa dan membalas senyum itu juga. Otak kita pada saat yang sama akan mengeluarkan endorphin yang sangat penting sebagai pengontrol rasa sakit, dan dapat memberi perasaan senang, damai dan bahagia. Pernahkan Anda lihat seseorang menjadi marah karena diberi senyum tulus dan bahagia? Orang gila, barangkali ya.


Senyum 5 Watt

Ada juga senyum yang tanggung, diantara tulus dan palsu. Yang seperti ini sudah lewat dari momen senyum palsu, tapi belum sampai ke senyum tulus. Saya menyebutnya senyum 5 watt, tak terlalu berseri seri, tapi punya potensi ke arah senyum bahagia beneran,. Biasanya kita melancarkan senyum 5 watt ini pada saat kita malu atau sedang malu-maluin. Tak apalah, senyum 5 watt pun jadi.

Saya punya seorang teman yang senyum tidak yakin kearah seorang cowok di seberang meja di sebuah restaurant. Tak lama sesudah itu, mereka sudah telpon telponan. Sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang bahagia. Tapi harap maklum, adegan dan hasil dari senyum Anda bisa bervariasi, dan hasil akhir tidak di tanggung.


Senyum Formal

Senyum yang cuma melibatkan otot dekat kedua sisi garis mulut kita bisa di bilang senyum formal yang tingkat ketulusannya mungkin tak bisa di andalkan. Biasanya sih, kita bisa mendapatkan senyum seperti ini dari para marketer, salesman, hotel, bank, senyum ‘Garuda’, dan orang orang yang baru bertemu.

Tapi ada juga yang paling tak bisa diandalkan makna ketulusannya yaitu senyum hangat (hangat tahi ayam) bapak bapak dan ibu ibu para calon petinggi negeri yang bertebaran di spanduk, poster dan tempelan stiker di sepanjang jalan, di TV, koran dan majalah di Indonesia Raya saat ini. Saya sampai pusing sendiri. Tengok sana senyum, tengok sini senyum. Semua senyum itu seolah memanggil manggil. Ayolah pilihlah saya… Tunggu saja, kalau tak menang, modal terbuang, senyum hangat (tahi ayam) itu bisa berubah, hilang hangatnya tinggal tahi nya. Uasem Tenan!!


Percobaan Senyum

Menjadi orang Indonesia, saya punya kebanggaan tersendiri karena kayanya negeri ini dengan beragam dan berbagai macam hal. Apapun bisa ditemukan, dari yang paling bagus sampai yang paling hancur. Namun satu hal, masih susah buat saya menemukan senyum tulus dari seseorang yang tidak saya kenal. (Memang saya gila juga sih, untuk apa mengharap senyum dari seorang asing?). Dalam pencarian senyum itulah, saya membuat eksperimen perburuan senyum di airport, tempat yang paling sering saya kunjungi selain mall, beberapa tahun terakhir ini. Tempat ini kaya sekali akan latar belakang demography dan psychograpy. Berbagai orang dari latar belakang yang berbagai pula, tumplek blek bersatu. Disinilah saya bereksperimen memburu senyuman dan melontarkan senyuman kepada orang orang tak dikenal yang saya temui. Dan inilah hasil akhirnya:


- Tanpa Senyum atau senyum curiga:

Bila saya coba tersenyum ramah duluan kepada para satuan pengaman di bagian scanning X-ray. Mungkin pikir mereka buat apa sih senyum senyum, pasti ada yang coba ditutu- tutupi dengan senyum itu. Sialnya, jika saya memulai dengan senyum, pasti saya akan ditanya, dan kadang diminta membongkar tas saya, meskipun tak ada sesuatupun yang mencurigakan di dalamnya. Belajar dari seringnya mengalami ini, sayapun akhirnya selalu pasang tampang netral atau senyum formal angkuh bila menghadapi mereka. Ajaibnya, bongkar membongkar tak terjadi lagi.


- Senyum ge-er :

Ini biasanya terjadi jika target sasaran senyum saya mengira saya naksir mereka. Hati hati jika melakukan ini, bisa bisa merepotkan Anda, karena jika target merasa senang, biasanya akan terjadi gangguan berupa obrolan lebih jauh, atau mengajak berkenalan.


- Boro-boro senyum:

Jangan harap mendapatkan senyum dari para petugas di bagian pengecapan passport sebelum berangkat atau di ketibaan. Kalaupun kita senyum, bisa bisa mereka merasa dilecehkan. Jangan coba coba menyapa lebih dulu, apalagi mengajak mereka ngobrol. Bisa makin curiga. Dan bersiap siap saja untuk sakit hati karena dicueki. Maklum, jaga image dengan cara pasang muka kencang, sepertinya masih diperlukan. Jujur sih, sesekali ada juga yang mengendorkan mukanya dan mengganjar para penumpang dengan senyum tanggung mereka.


- Senyum otomatis:

Ini bisa didapat dari para petugas di konter konter penerbangan. Ya, lumayan lah daripada tak ada senyum sama sekali kan?


- Senyum gombal:

Ini biasanya datang dari para penjaja liar yang menawarkan parfum, tas, baju dan makanan, dan transport. Mereka akan memberikan senyum gombal nya yang manis kepada calon penumpang, penunggu dan penggembira di airport, sampai kita menolak jaja-an mereka, senyum gombal itu akan berubah menjadi masam!


- Senyum menyeringai seolah menemukan mangsa:

Dalam beberapa kali experimen saya, ini salah satu senyum menyebalkan yang saya temui. Biasanya datang dari para penjaja servis transport tak terdaftar, atau para lelaki berpakaian petugas, entah petugas apa. Para transporter ini tak kenal kata tidak yang diucapkan dengan disertai senyum manis dan sopan. Sekali lagi, ini salah saya juga, memberikan senyum ramah kepada mereka. Di beberapa kesempatan, senyum itu dianggap senyum naïve dari seorang TKW. Beberapa petugas bahkan mendekati saya dengan memasang tampang wibawa, dan mungkin bermaksud memeras, berujar dengan galaknya: “TKW ya! Sini dulu!” Haduh! Mentang mentang tampang saya yang kampungan ini dan dandanan yang seadanya. Tobaaat deh!